Studi ini menilai komposisi komunitas karang, pemutihan, dan kematian lintas gradien tingkat gangguan antropogenik sebelum, selama, dan setelah gelombang panas yang berkepanjangan selama peristiwa El Niño 2015-2016 di terumbu karang Kiritimati. Gelombang panas selama setahun meningkatkan suhu secara konsisten di seluruh atol, memungkinkan penelitian untuk mengevaluasi dampak tekanan panas di berbagai gangguan manusia. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengevaluasi bagaimana paparan terhadap gangguan lokal memodulasi dampak tekanan panas pada terumbu karang dan penelitian tersebut memiliki hasil yang bertentangan.
Sebelum peristiwa El Niño, tutupan karang di terumbu Kiritmati bervariasi dari 62% hingga 1.6%. Faktor utama yang menentukan perbedaan tutupan karang adalah gangguan manusia yang kronis — daerah dengan lebih banyak gangguan memiliki tutupan karang yang lebih sedikit.
Dampak tingkat komunitas
Semua lokasi terumbu karang – baik yang masih asli maupun yang terganggu – mengalami kematian yang luas selama gelombang panas sepanjang tahun yang mengakibatkan hilangnya hampir 90% tutupan karang.
Strategi riwayat hidup berbagai komunitas karang dipertimbangkan. Karang dengan riwayat hidup “kompetitif”, seperti Acroporas dan Montiporas, efisien dalam menggunakan sumber daya dan dapat mendominasi komunitas di lingkungan yang produktif. Di sisi lain, karang dengan riwayat hidup yang “tahan stres” memiliki ciri-ciri yang menguntungkan di lingkungan yang keras secara kronis.
Sebelum gelombang panas, lokasi dengan gangguan manusia yang rendah didominasi oleh karang dengan strategi riwayat hidup tipe kompetitif. Sebaliknya, lokasi dengan gangguan yang sangat tinggi memiliki tutupan karang yang kurang kompetitif dan jenis karang yang lebih toleran terhadap stres. Tutupan karang dari kedua riwayat hidup (kompetitif dan toleran terhadap stres) menurun akibat gelombang panas, tetapi lokasi dengan tipe karang kompetitif mengalami kehilangan tutupan karang yang lebih besar selama gelombang panas.
Spesies karang individu
Saat melihat spesies karang individu, gangguan kronis berdampak negatif pada kelangsungan hidup karang. Kelangsungan hidup spesies toleran stres 2-10 kali lebih tinggi di daerah tanpa gangguan antropogenik. Karang dengan strategi riwayat hidup kompetitif sangat sensitif terhadap gelombang panas yang berkepanjangan sehingga hampir semuanya mati, terlepas dari tingkat gangguannya.
Menilai pemutihan karang dan kematian
Pemutihan karang adalah metrik paling umum dari dampak ekologis terhadap terumbu karang yang terekam selama gelombang panas. Namun, dengan pengambilan sampel berulang, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pemutihan tidak secara akurat memprediksi kematian karang karena karang dapat pulih dari pemutihan. Faktanya, spesies dengan tingkat pemutihan awal tertinggi memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan spesies dengan tingkat pemutihan rendah akhirnya mengalami tingkat kematian yang hampir sempurna.
Implikasi bagi para manajer
- Mengurangi emisi gas rumah kaca sangat penting dalam melindungi terumbu karang dari peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas yang diperkuat oleh perubahan iklim. Selain itu, pengelola harus terlibat dalam strategi lain yang meningkatkan ketahanan karang.
- Mengelola gangguan antropogenik (khususnya, dengan meningkatkan kualitas air) dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup beberapa spesies karang selama gelombang panas. Spesies lain (misalnya, jenis riwayat hidup kompetitif) tetap dapat memutih, karena toleransi panasnya yang rendah.
- Spesies karang yang toleran terhadap stres lebih kecil kemungkinannya untuk mati selama gelombang panas, dan karenanya meningkatkan proporsi relatifnya di seluruh terumbu.
- Pengambilan sampel status pemutihan dan kematian yang meningkat selama gelombang panas diperlukan untuk menilai dampak ekologis dengan lebih baik.
Penulis: Baum, J, K. Reveret, D. Claar, K. Tietjen, J. Magel, D. Maucieri, K. Cobb, and J. McDevitt-Irwin
Tahun: 2023
Lihat Full Article
Kemajuan Sains 9: eabq5615. Doi: 10.1126/sciadv.abq5615
